MERANTI, Beritapojok.com – Kondisi dunia saat ini ditengah Pandemi Covid-19 sangat mengkhawatirkan berbagai dampak yang bakal terjadi, bahkan sejumlah negara pengekspor Pangan dunia khususnya beras mulai menyetop ekspor mereka untuk menjaga ketersediaan pangan di Negaranya, bagi negara pengimpor beras seperti Indonesia untuk mengatasi ketergantungan beras tidak ada cara lain selain berupaya mewujudkan ketahanan pangan Nasional, salah satu Pangan pokok potensial yang paling layak dikembangkan di Indonesia adalah tanaman asli Indonesia, yakni tanaman Sagu.
Hal itu terungkap dalam acara Seminar Serial Webinar Pembangunan Industri Berbasis Sagu Terpadu dan Berkelanjutan yang ditaja oleh Dewan Guru Besar Institute Pertanian Bogor (IPB) dimana Bupati Kabupaten Kepulauan Meranti, Drs. H. Irwan Nasir, M.Si menjadi salah seorang Narasumber dari 4 Narasumber lainnya, Selasa (10/5/2020).
Turut berpartisipasi dalam kegiatan itu, Rektor IPB Prof. Arif Satria, Para Nara Sumber Guru Besar IPB Prof. Dr. Ir. MH. Bintoro, Direktur Pengadaan Perum Bulog Wibisono Poespitohadi, Bupati Kepulauan Meranti Drs. H. Irwan Nasir M.Si, Direktur PT. ANJ Tbk Fahri Karim, Pembahas Prof. Tajudin, Para Guru Besar dan Dosen Pengajar diberbagai Perguruan Tinggi, Praktisi Hukum, Para Peneliti, Konsultan, Pihak Perusahaan Bergerak Dibidang Pengolahan Sagu, bertindak sebagai Moderator Prof. Hadi Soesilo Arifin dari IPB.
Nantinya hasil pemaparan Pangan Sagu dari para Nara Sumber yang sebagian besar merupakan Profesor dan Akademisi akan dijadikan sebuah rumusan untuk diserahkan kepada pengambil keputusan ditingkat pusat daerah dan kabupaten.
Dalam pemaparannya Bupati Kepulauan Meranti, Drs. H. Irwan Nasir, M.Si yang juga Ketua Forum Komunikasi Kabupaten Penghasil Sagu Indonesia (Fokus-Kapassindo) menjelaskan, total Luasan Kebun Sagu di Meranti 53.664 Ha, kebun-kebun Sagu ini tidak lagi berupa tanaman hutan tapi sudah diolah secara budidaya oleh masyarakat sehingga hasil produksinya sangat baik.
Dari Luasan Kebun Sagu tersebut, sebanyak 40 ribu Ha merupakan Kebun Sagu milik rakyat dan 14 Ribu Ha merupakan kebun milik perusahaan/swasta. Dari 53 ribu Ha Luasan Kebun Sagu di Meranti dapat memproduksi Tepung Sagu sebanyak 241.277 Ton/Tahun. Sebagian besar hasil produksi Tepung Sagu Meranti karena keterbatasan fasilitas belum dapat diolah didaerah tetapi dikirim ke Cirebon, tercatat 12 Ribu Ton/Bulan atau bisa dikatakan 70 persen pasar Sagu Cirebon berasal dari Meranti.
Menurut Bupati Irwan yang menjadi masalah dalam mengembangkan Sagu saat ini adalah dari segi pemasaran, pergudangan/penyimpanan.
“Sehingga 70-80 persen Sagu produksi Kepulauan Meranti terpaksa dilakukan titip jual di Cirebon dimana tiap kali penjualannya dipotong 7 persen,” jelas Bupati Meranti.
Lebih jauh dikatakan orang nomor satu di Kepulauan Meranti itu, sejak bertahun-tahun yang lalu Pemerintah Daerah telah mengupayakan memutus mata rantai diatribusi ini dengan meminta Perum Bulog untuk membeli hasil produksi Sagu Meranti namun belum terwujud.
Jika Pemerintah Pusat bisa turun tangan menyediakan jalan-jalan produksi, jaringan listrik, fasilitas komunikasi tentunya akan memberikan keuntungan bagi para pengusaha Sagu, serta masyarakat yang menggeluti usaha Sagu di Meranti. Dan jika saat ini Pemerintah berupaya mewujudkan ketahanan pangan Nasional, menurut Bupati Irwan inilah saatnya Pemerintah fokus pada pengembangan Sagu sebagai Pangan alternatif pengganti beras sekaligus menekan Import beras Nasional.
Pemkab Meranti diakui Bupati sangat menyadari potensi Sagu sebagai alternatif pangan pengganti beras dengan terus berupaya memberdayakan kilang-kilang Sagu rakyat melalui penerapan teknologi, membuka akses pemasaran hingga menyediakan fasilitas kepelabuhan dan pergudangan.
Namun hal itu dikatakan Irwan belum cukup, Pemerintah Pusat melalui Perum Bulog harus turun tangan memasukan Sagu dalam managemen Logistik Nasional. Caranya dengan menampung dan membeli hasil produksi Sagu masyarakat layaknya Bulog membeli beras sehingga memberikan jaminan kepada masyarakat pengolah Sagu disektor pemasaran.
Jika Bulog mampu turun tangan maka hasil produksi Sagu masyarakat tak perlu lagi dijual kepada Katel Sagu yang selama ini memonopoli pasar Sagu di Meranti bahkan mungkin di Indonesia.
Sejauh ini Pemda Meranti telah membangun Pabrik berskala kecil yang dapat mengolah Sagu menjadi beras Sagu dengan kapasitas 700 Kg/Hari dan mampu memproduksi 20 Ton Sagu basah/hari yang dapat diolah menjadi berbagai makanan seperti Mie dan lainnya.
“Untuk itu kami mengundang Perum Bulog untuk melakukan kerjasama operasi masuk scara serius di Industri Persaguan, dengan begitu kami yakin Sagu akan menjadi sesuatu yang akan membuat Indonesia mencapai kedaulatan pangan,” tegas Bupati.
Tidak seperti saat ini Sagu seperti dianak tirikan atau dimarginalkan dengan menjadi makanan kelas dua menurut Irwan pemirian inilah yang harus diubah oleh Pemerintah bersama-sama dengan daerah. Selain itu juga dilakukan Diversifikasi Sagu yang diolah menjadi berbagai menu makanan dan minuman yang nikmat. Dan dalam hal ini Meranti telah berhasil menciptakan hampir 400 jenis varian makanan olahan Sagu yang dibuktikan dengan diraihnya Rekor MURI.
“Jika tidak ada Goodwill dari Pemeirntah untuk menjadikan Sagu sebagai makanan statregis Nasional maka sampai kapanpun Sagu tidak akan menjadi Pangan statregis Nasional,” ucap Irwan.
Irwan juga mengatakan jika Presiden mengatakan setelah Pandemi Covid-19 akan muncul era baru maka nantinya juga akan muncul New Habbit dari yang biasanya masyarakat mengkonsumi beras menjadi makan Sagu, pungkasnya.(***)
Potensi Sagu Bisa Jadi Ketahanan Pangan Nasional
MERANTI, Beritapojok.com – Direktur ANJ Papua, Fahri Karim yang juga merupakan salah satu perusahaan besar pengolah Sagu di Papua menuturkan, tidak ada jalan lain menciptakan ketahanan Pangan nasional selain memanfaatkan potensi Sagu yang saat ini belum terkelola secara maksimal.
“Kami menilai sudah saatnya Sagu masuk dalam Managemen Logistik Bulog,” ujar Fahri Karim.
Sehingga masalah yang menghantui petani hingga pengusaha Sagu saat ini dapat dituntaskan, masalah itu adalah Sagu dikenakan Insentif, Pajak dan tidak ada Subsidi seperti layaknya beras, selain itu kurangnya Infrastruktur pendukung, Konektifitas dan tidak masuknya Komodity Sagu dalam Pangan strategis Nasional.(***)
Direktur Pengadaan Bulog: Perlu Kerjasama dan Koordinasi Maksimum Antara Kementrian
MERANTI, Beritapojok.com – Direktur Pengadaan Bulog Wibisono Poespitohadi mengatakan, diperlukan kerjasama dan koordinasi maksimum antar Kementrian diantaranya Kementrian Koordinator Bidang Ekonomi untuk usulan Sagu sebagai pangan pokok dan memberi penugasan pada Perum Bulog masuk dalam bisnis Sagu, Kementrian Lingkungan Hidup dan PU PR untuk penyediaan Infrastruktur pendukung Industri Sagu, Kementrian Pertahanan untuk menjaga wilayah Sagu yang banyak tumbuh didaerah pantai, Kementrian Pertanian untuk membina para petani, Kementrian Perhubungan untuk akses, Kementrian Perdagangan untuk menangani pemasaran ekspor-Import, serta pihak suasta yang sudah menjalankan bisnis Sagu saat ini.
Sehingga Bulog dapat melaksanakan perannya dalam hal mewujudkan ketersediaan pangan, keterjangkauan dan stabiltas harga pangan Nasional.
“Dari segi hilir Bulog akan membentuk Managemen yang mampuni disektor pergudangan untuk penyimpanan, industri untuk pengolahan Sagu menjadi tepung, Segi tengah bekerjasama dengan pihak swasta untuk memasarkan dan dari Segi Hulu dapat menyalurkan kepada masyarakat dan warga miskin penerima manfaat dari Pemerintah,” jelas Wibisono.
Saat ini dari kacamatanya yang menjadi kendala dalam pengembangan Potensi Pangan Sagu meliputi 3 tantangan yakni keterbatasan Infrastruktur, Minimnya Industri Sagu, serta Aspek Pemasaran yang hanya menyentuh 5 persen dari keseluruhan total produksi, ungkapnya.(***)
Bupati Irwan: Beras Sagu Dan Mie Instant Sagu Meranti Siap Jadi Produk Andalan
MERANTI, Beritapojok.com – Bupati Kabupaten Kepulauan Meranti, Drs. H. Irwan Nasir, M.Si memuji pelaku usaha kecil daerah Meranti yang mampu mengolah sagu menjadi beras dan mie instant, melihat hal tersebut orang nomor satu di kota sagu itu pun merencanakan produk olahan sagu menjadi andalan daerah.
Salah satunya Home industry milik pasangan suami istri Pak Supardi dan Ibu Anita yang berada di Desa Banglas Barat Kecamatan Tebing Tinggi itu dikunjungi langsung Bupati Kepulauan Meranti baru-baru ini.
“Ini sebuah terobosan, kita berterima kasih atas bantuan dari berbagai pihak dalam membantu Industri Kecil dan Menengah (IKM) kita guna mengolah sagu menjadi berbagai produk hilir yang memiliki nilai tambah ekonomi,” ucap Bupati Irwan Nasir disela kunjungannya.
Dalam peninjauan itu juga, Bupati mendapat informasi bahwa pengolahan beras dan mie instant sagu tersebut sudah berjalan hampir setahun. Sementara peralatan dan pengetahuan mengolah sagu menjadi beras dan mie instant tersebut atas kerjasama Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti dengan Badan Pengembangan dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta.
“Untuk beras sagu, kami biasa memproduksi hingga 200 kilogram per bulan. Berasnya ada tiga jenis yakni beras sagu yang diolah dengan beras merah, jagung dan original sagu,” ucap Supardi kepada Bupati Meranti.
Menariknya, produk tersebut telah dipasarkan hingga ke negeri jiran yakni Singapura. Sementara di dalam negeri, selain dipesan oleh BPPT, juga oleh konsumen di NTB, Papua dan tentunya di Pekan Baru.
“Beras sagu ini paling baik untuk diet terutama bagi penderita diabetes. Beberapa rumah sakit di Pekan Baru juga ada yang pesan. Kalau di Jakarta biasanya pemesanan melalui pihak BPPT,” tambah Supardi.
Sementara untuk penjualan ke Singapura baru dilakukan melalui Batam. “Kami kirim ke Batam, dan pemesannya ambil di sana. Kami belum bisa ekspor langsung karena perizinan belum lengkap,” tambahnya.
Namun, dia mengaku sejak wabah Covid-19, pemesanan produk tersebut terhenti. Sementara untuk konsumsi lokal sangat sedikit, ungkapnya.
Menanggapi situasi tersebut, Bupati dua periode di Kepulauan Meranti itu pun meminta Kepala Disdagperinkop & UKM Meranti, Azza Faroni untuk mengkaji pola bantuan bagi pelaku IKM. Selain itu juga, membantu kelengkapan perizinan, dimana saat ini izin yang dimiliki baru izin usaha kecil dan PIRT (pangan industri rumah tangga).
“Yang penting itu sertifikat halal dan izin edar dari BPOM,” tutur Bupati H. Irwan.
Bupati yakin produk tersebut bisa bersaing dan jadi andalan. Pertimbangannya adalah kesadaran masyarakat yang semakin tinggi untuk mengkonsumsi jenis makanan yang sehat, dan rasanya yang tidak kalah nikmat.
“Terlebih dengan pandemi Covid-19 saat ini, pasokan beras terus menurun secara nasional, saya fikir beras sagu dan mie instant sagu ini bisa jadi solusi kebutuhan pangan kita yang siap edar dan dikonsumsi dengan mudah khususnya di Kepulauan Meranti,” pungkas Bupati Meranti, H. Irwan.(***)
Narasi : ALI SANIP
Foto : HUMAS PEMKAB MERANTI