Sstt.. Tidur Kamu Kurang dari 6 Jam? Coba Baca Ini

Ilustrasi
Ilustrasi

BeritaPojok- Kalau kamu tidur dengan waktu kurang dari enam (6) jam, maka kamu wajib membaca penjelasan ini agar kamu bisa menentukan bagaimana sebaiknya menjaga kesehatan kamu.

Tubuh memerlukan waktu istirahat dengan durasi tidur yang cukup agar mampu mengembalikan energi. Minimnya waktu untuk beristirahat tersebut bisa membahayakan bahkan picu kematian.

Dilansir Viva, seseorang yang mengidap hipertensi, diabetes tipe 2, penyakit jantung atau stroke dapat berisiko tinggi kanker dan kematian dini jika tidur kurang dari waktu 6 jam. Menurut studi, waktu tidur yang minim tersebut menjadi faktor risiko dalam memicu kematian dini.

“Studi kami menemukan bahwa dengan memiliki waktu tidur yang normal, mungkin dapat menjaga beberapa orang dari masalah kesehatan dan risiko yang mengintai,” ujar peneliti Julio Fernandez-Mendoza.

Studi ini menganalisa data lebih dari 1600 orang dewasa yang kemudian dibagi menjadi 2 kategori. Kelompok pertama dipilih dari pengidap hipertensi atau diabetes tipe 2 dan kelompok kedua dipilih dari pengidap penyakit jantung atau stroke.

Para sukarelawan tersebut dianalisa dengan tidur selama satu malam di laboratorium khusus. Selanjutnya, para peneliti mengobservasi penyebab kematian dari para partisipan itu.

Peneliti menemukan sebanyak 512 sukarelawan itu meninggal di mana sepertiganya meninggal akibat penyakit jantung atau stroke dan seperempatnya karena penyakit kanker. Yang lebih mengejutkan, durasi tidur sangat memperbesar peluang kematian mereka.

Tercatat pada mereka pengidap hipertensi atau diabetes dan tidur kurang dari 6 jam, dua kali lebih berisiko alami kematian akibat penyakit jantung atau stroke. Studi yang dipublikasikan dalam Journal of the American Heart Association itu juga menemukan, pengidap penyakit jantung atau stroke dan tidur kurang dari 6 jam, tiga kali lebih berisiko mengalami kematian dini akibat kanker.

“Durasi tidur yang pendek menjadi faktor risiko terhadap gangguan kesehatan jangka panjang. Kondisi ini yang memicu kematian dini cenderung lebih berisiko,” ujar peneliti lagi. (red)