Dalam penghargaan Adipura tahun 2023 Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) mendapatkan Piala Adipura yang menjadi titik awal penilaian adalah kebijakan strategi daerah (Jakstrada) dalam penanggulangan dan pengelolaan sampah. Yang mana paling besar tingkat penilaiannya adalah Empat Pembuangan Akhir (TPA), karena di TPA itu ada sistem pengelolaan sampah perkotaan. Di mana sampah-sampah yang dihasilkan dari masyarakat sebelum dibuang atau ditimbun ke TPA sudah dipilah kembali yang mana bernilai ekonomis, baik sampah organik dan anorganik sudah dipisahkan. Di TPA Bagansiapiapi sudah mempunyai alat mendaur ulang sampah dari plastik baik itu botol maupun gelas plastik, kemudian mendaur ulang sampah-sampah organik menjadi pupuk kompos maupun pupuk organik cair. Penghargaan terhadap Kabupaten Rokan Hilir yang berhasil dalam pengelolaan sampah dan ruang terbuka diharapkan kita bisa mempertahankan kembali prestasi ini di tahun-tahun yang akan datang.
Pengelolaan sampah di Kabupaten Rokan Hilir memerlukan pendekatan yang terpadu dan berkelanjutan, melibatkan semua pihak, serta investasi dalam infrastruktur dan teknologi yang lebih baik untuk mencapai sistem pengelolaan sampah yang efektif dan ramah lingkungan agar pengelolaan sampah di Kabupaten Rokan Hilir dapat menjadi lebih efektif, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. Tumpukan sampah yang semakin menumpuk merupakan masalah lingkungan yang mendesak, dan ini sudah menjadi isu serius sejak dulu. Sampah yang dibuang sembarangan, seperti di sungai dan laut, tidak hanya menciptakan banjir dengan menghalangi aliran air, tetapi juga menimbulkan kerugian pada pemukiman serta mengganggu aktivitas masyarakat. Kualitas air dan tanah yang tercemar akibat pembuangan sampah sembarangan dapat membahayakan kesehatan manusia dan ekosistem laut, menambah tantangan yang dihadapi di masa depan.
Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), timbulan sampah di Indonesia pada tahun 2023 sebesar 69,9 juta ton. Berdasarkan komposisi sampah yang ada di Indonesia, didominasi oleh sampah sisa makanan sebesar 41,60% dan sampah plastik sebesar 18,71%. Sedangkan dari sisi sumber sampah, sampah terbanyak berasal dari rumah tangga dengan presentasi sekitar 44,37%. Proses pembusukan sampah organik di TPA menghasilkan gas metana, salah satu gas rumah kaca yang berkontribusi pada pemanasan global. Namun, terdapat solusi yang dapat membantu mengatasi masalah ini. Jika seluruh masyarakat Indonesia melakukan pengomposan sampah organik sisa makanan setiap tahunnya secara mandiri di rumah, maka 10,92 juta ton sampah organik tidak dibawa ke TPA, dan dapat menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 6,834 juta ton CO2eq. Sampah bekas makanan, sayuran dan sebagainya dapat dimanfaatkan menjadi pupuk bagi tanaman.
Kompos telah dikenal masyarakat selama puluhan tahun dan dipakai secara konvensional di berbagai tempat, baik di desa maupun di kota menjadi pupuk organik. Sampah bekas makanan, sayuran dan sebagainya dapat dimanfaatkan menjadi pupuk bagi tanaman. Dengan kata lain bahwa sudah ada dan melekat dalam kehidupan keseharian, meski belum kuat konsisten dilakukan yaitu orientasi sampah organik menjadi pupuk. Pupuk kompos sangat penting karena kompos dapat menyuburkan tanah, menambah kandungan organic matter pada tanah soil serta akan meningkatkan water holding capacity butir-butir tanah yang berguna bagi kesuburan tanah melalui perbaikan tekstur dan struktur tanah. Selain itu, gas metana yang terbentuk di TPA dapat ditangkap dan diubah menjadi energi terbarukan, mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan menyediakan sumber energi untuk berbagai keperluan.
Penting untuk membangun kebiasaan pengelolaan sampah yang baik dengan memberikan edukasi sejak dini tentang cara yang tepat untuk menangani sampah sesuai jenisnya. Program-program pendidikan dan penyuluhan yang melibatkan masyarakat dapat membantu menciptakan perubahan perilaku yang positif. Pemerintah juga memiliki peran kunci dalam menyediakan fasilitas pengelolaan sampah, mengembangkan teknologi, dan memfasilitasi koordinasi antara lembaga-lembaga terkait. Daur ulang sampah adalah langkah yang penting, karena sampah yang didaur ulang dapat diubah menjadi barang bernilai atau digunakan untuk keperluan bisnis. Misalnya, sampah organik dapat diolah menjadi kompos, sementara sampah anorganik dapat digunakan untuk kerajinan tangan. Dengan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya daur ulang, kita dapat mencegah masalah banjir dan mengurangi dampak negatif sampah terhadap lingkungan.
Selain upaya individual, inisiatif komunitas seperti kegiatan bersih-bersih sungai dan pantai juga penting. Contoh positif dari komunitas seperti Pandawara Grup, yang terinspirasi oleh pengalaman pribadi mereka, menunjukkan bagaimana tindakan kecil dapat menginspirasi perubahan besar. Mereka telah menunjukkan bahwa dengan membersihkan sampah dan berbagi pengalaman melalui media sosial, mereka dapat mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan.
Untuk menciptakan lingkungan yang bersih, kita sebagai masyarakat yang sadar akan keadaan lingkungan hendaklah cerdas dalam mengelola sampah dengan baik dan benar kita agar lingkungan sekitar kita terjaga dari ancaman penumpukan sampah dan tidak menyebabkan banjir serta menyelamatkan bumi kita. Khususnya masyarakat Kabupaten Rokan Hilir agar bisa mengurangi sampah dari sumbernya, tidak membuang sampah sembarangan dan membuang sampah pada tempatnya. Menanamkan kebiasaan membuang sampah pada tempatnya adalah langkah sederhana dengan membuang sampah pada tong sampah terdekat. Jika tidak ada tempat sampah yang tersedia, simpan sampah dalam kantong hingga menemukan tempat pembuangan yang sesuai. Kesadaran ini tidak hanya harus diterapkan pada diri sendiri tetapi juga harus disebarkan kepada orang-orang di sekitar kita. Dengan cara ini, kita bisa bersama-sama menjaga lingkungan dan melindungi bumi untuk generasi mendatang.
Â
Penulis: Nurhidayah
Â
Sumber:Diskominfotik Rohil